Salam Don Danang
 

Don Danang seorang mantan wartawan yang terdampar di dunia blog. Ia tak punya kelebihan selain menulis dan fotografi. Katanya blog ini berisi semua pikiran gila dan kreatifnya. Benar atau tidak? Cek saja sendiri. Selamat menikmati...

Profil Lengkap Don Danang

  Hubungi Don Danang
 

sayadanang@yahoo.com
Friendster Don Danang
Facebook Don Danang
Multiply Don Danang

  Usik Don Danang
 
  Coretan Don Danang
 
  Arsip Don Danang
 
  Cibir Don Danang
 



  Kawan Don Danang
 




  Plurk Don Danang
 
  Rumah Don Danang
 

4.28.2008

Jadi Ijo, Liat yang Ijo-ijo

Ijo-ijo-ijo... Kata-kata ini terus ada di pikiran gue. Sampe akhirnya gue posting kali ini. Bukan, gue gak ngomongin sebuah produk rokok yang jadi sponsor liga bola voli Indonesia. Yang gue omongin disini adalah KOLOR IJO. Ya kolor berwarna ijo. Sekali lagi KOLOR BERWARNA IJO. Halo kolor ijo? Apa kabarmu? Udah lama gak liat gentayangan lagi. Terakhir kalo gak salah, tadi pagi gue masih pake lu (lho?). Oke oke oke udah keluar jalur. Yang gue maksud ijo disini adalah Let's Go Green (biar keren pake bahasa Inggris). Mari kita hijaukan bumi.

Inspirasi kali ini sih sederhana aja. Gue abis nonton An Inconvenient Truth. Itu loh film dokumenter tentang pemanasan global. Di film ini gue 'ditampar' dengan gambar nyata kalau 'BUMI KITA INI SUDAH BOBROK'. Siapa penyebabnya? Ya kita-kita ini Homo Sapiens a.k.a MANUSIA.

Untuk koreksi: penah gak buang sampah sembarang? Pernah meludah sembarangan? Tau kalau barang plstik itu susah diurai? Tau kalau CFC itu bahaya buat lapisan ozon? Tau kalo eek dan kencing sembarang itu gak baik? Ingat cowok pake baju pink itu gak pantes! Kalimat "menurut loh" itu dah basi? (koq pertanyaannya gak nyambung?) Kalo tau apa yang disebutin barusan itu berbahaya, kenapa dari kita masih gak peduli? ckckckkckck.

Gue gak mau bawa ini terlalu serius. Gak Danang banget getho loh kalo blog ini jadi serius. Yang penting kita sebagai bangsa Indonesia yang jujur dan adil, menjunjung tinggi kemanusian, sayang keluarga, sayang pacar, rajin menabung, rajin beribadah dan tidak sombong (Mas Boy kah?) harus tahu apa yang baik buat lingkungan kita. Perlakukan lingkungan sebagai pacar. Disayang, dirawat, tapi jangan diajak nonton bareng. hehehe.

Gue sebagai orang yang ganteng, sadar, dan peka terhadap lingkungan akan memberikan beberapa hal yang berbahaya buat bumi Indonesia. Mungkin di bawah ini ada nama yang dikenal. Kalo kebetulan itu kerabat atau siapa aja yang dekat dengan situ, cucian deh lo. Terima aja nasibmu. hehehe. ini dia:

1. Roy Suryo & Ahmad Dhani
Roy Suryo dalam pernyatannya (gue lupa dimana) pernah mengatakan dengan gamblang Blogger=Hacker. Apa bener? Gue blogger dan gue gak merasa seorang hacker. Masih pemula soalnya. Boro-boro, makan aja masih disuapin, ini lagi suruh nge-hack. Cape dehh. Apakah kalian blogger merasa sebagai hacker? Gue yakin jawabannya nggak. Karena Anda minum panadol bukan?

Digagasnya penutupan situs porno akhir Maret lalu adalah buah dari pikiran Roy. Ia sukses 'meracuni' Menkominfo Muhammad Nuh untuk menutup situs porno. Gue akui penutupan situs mesum adalah langkah benar. Walau gue sendiri kecewa berat. Ini semua demi kebaikkan bangsa Indonesia. Yang gue sesalkan adalah langkah-langkahnya. Masa iya youtube ama blog mau ditutup juga? Apa kata dunia? Dan akhirnya Roy pun sukses jadi manusia paling dibenci di kaskus. Rasakan kau Roy.

Kalo Ahmad Dhani, gak usah diulas banyak. "He is an asshole," kata Wendy Purtanto, senior editor Rolling Stone Indonesia dalam sebuah seminar musik di Universitas Indonesia (UI). Sebenarnya banyak juga musisi yang gak suka dengan Dhani. Apakah teman-teman suka? Gue sih suka waktu jaman-jamannya Dewa 19 masi ada Ari Lasso. Cadas. Yeahhh

Dhani pernah bilang di infotainment 'Orang-orang yang ada di internet itu adalah pengecut.' Gila apa bilang orang ini, orang itu sembarangan. Disadari atau tidak dia sedang mencoba menghancurkan dirinya sendiri. Kembalilah ke jalan yang benar nak.

Tingkat Pencemaran lingkungan: 100

2. Talent Show
Tengok televisi nasional kita. Acara idola-idolaan, mia-mia-an, dangdut-dangdutan makin rame dan gak jelas. Ekstrim. Malah ada kontes yang diputar 6 jam. Mirisnya yang disuruh nyanyi ampe gila adalah anak dan emaknya. Sebuah ekploitasi anak gue pikir.

Sekarang Indonesian Idol ampe berapa sih? Lima ato enam? Bisa dibilang kontes seperti ini sama aja mengejar mimpi. Gue gak sinis, tapi tolong lihat apakah orang sukses itu diraih dalam waktu singkat? Ya terserahlah. Semua orang punya freedom of choice. Jalan apa yang diambil gue yakin itu yang terbaik. Amin. Gak ada orang yang mau menyakiti dirinya sendiri. Koq gue jadi diplomatis gini yah? Hidup Delon, Mike, Rini aku akan kirim sms sebanyak-banyaknya (lho?)

Tingkat pencemaran Lingkungan: 500

3. Kangen Band
Gue merasa nyawa gue terancam saat nama Kangen band disebut oleh seorang teman baik gue.

"Nang, tau gak? Ada band yang namanya KANGEN," Temen gue yang mengikuti perkembangan musik Indonesia kasi tau ke gue.

"Kangenn? Buset, band dari planet mana tuh? Trus lagunya kayak gimana," bales gue penasaran.

"Lagunya gila. Lu denger aja di radio kalo gak di tipi sering diputer koq."

Dan bener aja, gue denger itu band di radio. Abakadabra!! Lagunya aneh bin ajaib. Kalo boleh dibilang jelek. Maap yah. Masalahnya exposure media terlalu besar pada band asal Lampung ini. Jadilah munculah mereka di televisi. Gue, yang merasa harus melihat 'ketampanan' personel ini band akhirnya memberanikan diri menengok layar kaca. Simsalabim.... Gue Shock berat. Ajaib. personelnya bener-bener .... ahhh mantap (speechless silakan deskripsikan sendiri. gue males kasi taunya)

Beberapa hari kemudian banyak pengamen yang nyanyiin lagu Kangen Band bis kota. Ini yang buat nyawa gue dan masa depan gue suram. TIDAKKKK. Gue pun ampe dibuat menstruasi mendengarkan lagu mereka.

Oke, Cukup segini Kangen Band-nya. Perut gue mulai mules. Oia, Rindu Band (nama lain Kangen) kabarnya udah rekaman album baru. Sebaiknya kalian hati-hati.

Tingkat pencemaran lingkungan: 1000

4. Ian Kasela
Tuju jam tuju jam. Tuju jam Tuju jam. Tuju jam tuju jam. one two three four jangan benci bilang cinta. Kira-kira begitu salah satu lagu Radja yang populer. Gue sih gak benci sama raja. Malah angkat kaki eh tangan karena mereka bisa dapet dobel platinum. Ini membuktikan kalo mereka ini sukses mencuci otak penduduk indonesia.

Di antara personel ajaib Radja, gue merasa janggal dengan kahadiran vokalisnya. Ya Ian Kasela. pertanyannya: dari mana dia dapet nama sekeren itu? Eh bukan, kenapa dia selalu make kacamata hitam setiap nongol di tipi? Nah loh! Ada yang bisa jawab?

Jujur aja gue merasa serem abis kalo tiba-tiba Ian Kasela melepas kacamatanya. Dan momen-momen pelepasan kacamata itu disiarkan live lewat infotainment. Bayangkan apa yang bakal terjadi? Apakah matanya putih semua? Apakah bulu matanya lentik? Jangan-jagan matanya seksi. Mungkin juga matanya jereng, Ato apa? Gue gak bisa bayangkan. Yang pasti lebih buruk ketimbang lu semua melihat gue telanjang. Hiiiiii.

Nih fotonya biar gak penasaran

Akulah Ian Kasela. Salam kenal. Senyum dong. Mmmuahhh.

Tingkat pencemaran lingkungan: 50000

5. Cinta Laura (Baca: Cinca Lawra)
Ini dia biangnya. Cinta Laura sukses mencemari jutaan rakyat Indonesia dengan cara bicaranya. Bahas Inggris+bahasa Indonesia = Gak baik untuk kesehatan mata, telinga, dan kelamin. Gue sebagai penduduk Indonesai yang rajin nonton infotainment merasakan langsung efek Cinca Lawra.

"Nang lu mau kemana?" tanya Adri temen gue.

"Ow gue mau ke gym. Doing some olahraga. Biasalah gue kan harus banyak running, punching-punching, kencing-kencing. biar badan gue terlihat oke," bales gue pake bahasa Cinta.

"Gue ikut dong?" temen gue kembali bertanya.

"You Don't dont have to come. Ngapain? I'ts very berbahaya tauk ngeliat gue exercise. Karena gue mau kick some pantat. Pantat lu mau akyu kick?" bales gue lagi.

"Gak mauuu. Kalo gitu gue pulang ahh. Lu gak jelas."

"Owkey deh. Be carefull di jalan. Soalnya ujyan, beycyek, dan bau keytek. Bye-bye. mmmuah mmuahh" gue mengucapkan salam perpisahan.

Akhirnya temen gue yang tersiksa itu pulang. Di jalan ia menabrak kucing ampe mati karena kecewa gak gue ajak ke gym. Kucingnya gak disingkirin. Bau bangke. Dan terjadilah pencemaran lingkungan.

Tingkat pencemaran lingkungan: 50 juta saat bicara.

Oke, untuk menetralisir semua pencemaran di atas gue ada obatnya. Seorang tokoh juga. Nih dia potonya.

Calon istri Danang Siapa?*

Ya itu dia Sandra Dewi. Entah mengapa gue 'tewas' begitu liat Sandra Dewi. Buat sebagian pria yang gak homo pasti merasakan hal yang sama. Gue yakin itu. Ada bagian berasa tegang. Ngaku deh. Kalian pasti berfantasi sama kayak gue. Huehehehhe.

Oke segini dulu aja. Gue gak bisa membeberkan percakapan gue dengan Sandra Dewi. terlalu pribadi soalnya. Lagian udah ngantuk juga. Mau nonton Man-U vs Barcelona. VIVA Manchester United

Dadah

*foto diambil dari Sandra Dewi Fans Club

Label:

4.24.2008

Metalgila

Hai hai semua? Apa kabar? Pagi yang cerah dan indah. Senangnya hatiku. Hehehehehe

Di postingan sebelumnya gue janji mau cerita tentang pengalaman metal gue malem minggu kmaren. Daripada lu semua manyun, penasaran, merenggek-rengek, dan akhirnya bunuh diri karena gak gue ceritaiin, nih gue ngalah. Begini ceritanya. JREENGG!!

Sabtu (19/4) kemarin gue untuk kali pertama nonton live show-nya Seringai. Sebenernya gue dah nge-fans sama Arian cs dari album pertama (EP). Pernah gue mau nonton show-nya, ternyata di luar rumah hujan badai. Gak jadi nonton. Ada kesempatan nonton lagi, gue malah milih nonton dangdut. Trus ada kesempatan emas untuk nonton dan gue udah membulatkan tekad, eh kucing gue mati jatoh dari lantai 11 (hiperbola). Gak jadi nonton lagi. Setelah serangkai kejadian menyayat hati itu, gue mulai sadar. Ternyata Seringai gak jodoh sama gue. Kejamnya hidup ini. TOLONG aku MAMA. huhuhuhu.

Eniwei, akhirnya malem minggu kemarin gue nonton juga. Sangat berkesan karena hari itu pertama kali gue nonton Seringai (repetisi). Kesannya jadi dobel karena gue nonton gratis. Aseekk. Terima kasih buat street crew Seringai (Fadly, Dimas, dan yang lainnya. Maaf gue lupa nama kalian). Yang membuat kesan lebih adalah sedikit sekali wanita yang nonton. Kebanyakan pria ber-outfit hitam dan bertampang sangar. Kenapa harus hitam dan sangar? Oke gue gak bakal jatuh cinta sama kalian. Preettt...

Street Crew Seringai: Tq mas2 dan mbak yang ganteng dan cantik. Mejeng dulu.*

Ada yang buat kaget gue dalam acara tersebut. Ternyata gedung yang dipake yaitu Sarinah dikabarkan udah miring 10 derajat dilihat dari sedotan. Bukan-bukan maksudnya dari ... gue lupa dari mana pokoknya cari sendiri aja. Dan ini beneran.

"Kalian semua tau gak gedung ini udah miring," kata vokalis grup band Fall yang gue lupa namanya.

"Mendingan abis Fall selesai manggung kita semua makan dibawah dan gak usah nonton Seringai. Gak mau kan lu semua mati gara-gara nonton Seringai. Apalagi matinya bareng Arian," ledek si vokalis botak itu sama Arian.

Penjelasan yang logis dalam pikiran gue. Keren juga kali yah kalo besoknya di koran-koran ada headline bertuliskan "Gedung Sarinah Runtuh. Seorang Anak Muda Ganteng Ditemukan Selamat Dari Reruntuhan Tersebut Karena Dia Adalah Supermen" Hahahah. Amit-amit.

Eniwei gue sukses jadi perkedel. Di penyet-penyet sama Serigala Militia (fans Seringai). Wajarlah konser Rock gitu loh.

lingkaran merah: Katakan senyummmmm.*


Lingkaran merah: Sammy jangan ludahi aku.*

Diantara kerumunan itu ada yang cewe yang menarik perhatian gue. Namanya Tetta. Gue liat dari kejauhan, dia terus melafalkan lirik lagu Seringai sampai habis. Beda sama gue yang cuma hafal reff-nya aja. Inilah bukti syahid kalau konser Rock ternyata tak bahaya buat wanita. Melainkan bahaya buat manula (ya iyalah). Tetta itu anaknya menarik, cuek, dan yang pasti dia punya orang tua. Dan gue putuskan saat itu juga: gue jatuh cinta sama dia. I felt in Love With The Girl at the Rock Show. Tapi, malang sekali nasibmu Tetta. Kamu tak bisa mendapatkan cinta suciku. Aku lebih mencintai Alfredo. Oh Alfredo dimanakah dirimu? Aku Mencintaimu. Aku cinta bau ketekmu. hahahha. Owkey gue tau ini curhat colongan jadi gak usah diterusin.

Mengenai dunia permetalan gue dapet info kalau film Metal: A Headbangers Journey ada sekuelnya. Gue males jelasin makanan apa itu Metal: A Headbangers Journey. Baca di sini. Sekuelnya dikasi tajuk Global Metal. Intinya: efek heavy metal pada dunia termasuk Indonesia. Menurut Wendy (editor Rolling Stone Indonesia) filmnya bakal keluar tahun ini di Indonesia. Dan rencananya bakal diputer di Jiffest bulan Desember. Yang gue tau, orang Indonesia beruntung yang diwawancara sama Sam Dunn (sutradara) di film ini adalah Wendy sendiri, Arian, sama Ricky (Seringai, Step Forward). Nih trailernya biar kalian gak mati penasaran.


Metal itu berhubungan dengan hitam. Menurut ramalan Nyak Lauren di kitab Ayat-ayat Cinlau (cinca lawra) bab 13 ayat 66, kemarin Rabu (23/4) adalah hari hitam alias hari sial gue. Gue kena copet di kereta. NGEPET!!

Apa yang ilang? Dompet? Aman. Hape? Aman. Kolor? Aman. Kesucian? Aman. Kehormatan? Aman. Harga Diri? Aman. Kecerdasan? Aman. Ternyata yang ilang adalah duit 15 rebu di kantong. Kurang ajar! COPET NGEPET!! Untung tuh copet masih baik hati nyisain goceng. Kalo gak, bagaimana caranya gue bayar angkot? Langsung ngacir? Gak mungkin juga. Bisa-bisa gue dilindes ama supirnya.

Sebelum lupa, gue bakal posting tentang copet dan rekan-rekannya, seperti maling, dan rampok di blog ini. Kapan itu? Masih dalam riset (gaya banget). Kira-kira bulan depan lah. Tunggu aja yah.

Ampe disini dulu ah. Oia, gue udah selesai baca buku Raditya Dika yang Babi Ngesot. Di postingan berikutnya gue bakal sedikit mereview.

Catch u later. Hope u enjoy.

*foto diambil dari blog Soleh Solihun. Terima kasih Mas Soleh.

Label:

4.21.2008

Ada Aksi Ada Reaksi

Buku yang gue pesen pre-order akhirnya dateng juga. Buku ke 4 Raditya Dika: Babi Ngesot Datang tak Diundang, Pulang tak berkutang. Nih covernya:

Dit, numpang promosi nih. Asik gak?

Ada beberapa aksi dan reaksi yang menggemparkan dunia pesilatan (lho!?) ketika buku yang gue tunggu dateng:
Aksi pertama: menerima kiriman dari kurir.
Reaksi: Asik bukunya dateng juga. Knapa lama banget sih???

Aksi kedua: Meraba bungkusan.
Reaksi: Hmmm isinya apa aja yah? Kayaknya ada yang empuk-empuk. Apaan yah? (penasaran abis)

Aksi ketiga: Membuka bungkusan
Reaksi: WOW! ada tas dari bukune. Warna-warni (luthuna). Ada buku juga nyelip kayak upil. Makin keren. Asikkkk.

Aksi keempat: membuka buku.
Reaksi: Ada tanda tangan Radit. Keren? Nggak. Bagus? Nggak. Buat apa yah? Gue kasi liat ke kecoa, dia-nya gak liat. Malah cuek (ya iyalah). Intinya tanda tangan Radit itu NGGAK GUNA. Pisss. hehehe

Gue belum baca ampe abis buku ini. Ampe gue posting ini blog, gue baru baca 2 bab. So far so good. Gue masih cekikikan sendiri. Yang bikin beda adalah ilustrasi komik dari Dio. Keren mampus gambarnya. Mungkin 2 ato 3 hari lagi gue selesai baca. Itu pun kalo gue gak koma karena baca buku ini dan masih bisa posting. Kata Radit di blog-nya sih, bukunya bakal membuat epilepsi, pendarahan di otak, dan berjalan ke arah sesat sambil ngesot. Bener gak? Tunggu aja, gue baru bisa ambil kesimpulan beberapa hari kedepan.

Oia kebetulan tetangga gue juga mesen pre-order. Dan dia dapet kaos, gue nggak. NGEPET! Sayangnya dia gak bisa langsung baca karena ada di Kendari. Akhiranya gue sms aja anak malang itu yang tersesat di Sulawesi Selatan.

Danang: Nyong, basot udah sampe nih. Oia tinggal berapa hari lagi umur lo disana?

Bintang: Wahh udah sampe? Enaknya. Sial gue gak bisa baca. Bosen gue di sini nang. Sering mati lampu. Ngehe tenan. Bogor ujan mulu??

Danang: Merana sekali hidupmu. Udah gak usah balik. Kalo lo balik trus baca basot, hidup lo gak bakal lama lagi.

Bintang: Iya yah. Jangan2 tar gue malah kena serangan jantung.

Danang: Oke jaga diri baik2 bro. Mmmmmuahhhh. Hahahah

Bintang: Seep. NAJIS lo!!

Eniwei, sebetulnya gue lagi gak mood nulis. Emang bener kata orang (siapa sih?) nulis itu butuh mood. Makannya banyak yang suka males kalo suruh nulis. Bilangnya: gue gak suka nulis, tangan gue ntar buntung, ato apalah alasan irasional lainnya. Tapi menurut gue menulis itu dateng dari kemaluan eh kemauan, bukan dari bakat (correct me if i'm wrong). Masalahnya, semua orang itu bisa nulis. Nulis surat, nulis karya ilmiah ato apapun bentuknya itu. Intinya mereka bisa MENULIS. Mengenai hasil tulisannya bagaimana, itu semua bisa dipelajari dan diasah. Sambil jalan lah...

Karena bikin blog itu sama aja dengan buat komitmen dan komitmennya disini adalah menulis. Mood ato gak mood mau gak mau kita harus nulis. Demi kelangsungan blog kita dan masa depan bangsa Indonesia (lho?) Gak bisa itu posting blog sebulan sekali (terserah sih). Gue coba mengutip kata Rieke Diah Pitaloka di good morning Sabtu kemarin: Cape juga kerja sosial. Tapi gue harus komitmen. Mengabdi pada masyarakat itu gak boleh cape. Itu konsekuensi dan sebuah tanggung jawab atas apa yang udah kita pilih (kira-kira begitu).

Oke segini aja dulu. Oia mengenai pengalaman gue jadi perkedel apa nggak malem minggu kemarin bakal gue ceritain di postingan berikutnya. Ada beberapa hal menarik yang mau gue tunjukkin.

C ya..

Label:

4.18.2008

Menolak Tua

Gue abis bongkar-bongkar koleksi lagu lama. Diantara koleksi kaset bapuk itu gue nemu album ini:

Metallica - Master of Ngepet eh Puppets. Oh yeah.

Gak usah jelasin lagi yah kehebatan album ini? Bintang lima pokoknya. Coba lu cek aja di toko sebelah. Haha.

Akhirnya gue denger nih album lewat iTunes, dan wahhhhh... aje gile, emang bener-bener dahsyat. Album metal lain pada jamannya kayak Megadeth, Pantera, Slayer, dll lewat. Gak ada yang bisa ngalahin. Jadi inget waktu jaman nyolong mangga tetangga dulu (lho?). Eniwei jiwa metal gue kembali membuncah dalam dada. Serasa mau menyayat gitar dan merasakan sensasai muda kayak dulu. Kaya jargon yang selalu diteriakkan grup band Seringai: MENOLAK TUA.

Gue emang menolak dibilang tua. Tapi apa daya? Untung eh Umur gak bisa ditolak. Malang ada di Jawa Timur. Nasib nasib. Makannya gue selalu minum es cendol biar gak tua. hahahahha

Oia besok Sabtu (19/4) Seringai naik pentas di Sarinah. Kita lihat apakah gue bakal jadi perkedel karena dipenyet-penyet di mosh pit? Who know?

Kalo kebetulan ketemu gue jangan segan-segan menyapa trus siram aja gue pake bir. Okeh.

C ya on the mosh pit \m/

Label:

4.16.2008

Efek Bego Blog Danang

Ternyata, gue buat blog ini ada efeknya. Efek mayor dan efek minor.

Menurut survey yang dilakukan lembaga sensor film (lho?), efek mayor setelah membaca blog gue adalah epilepsi, bunuh diri, dan yang paling parah buat wanita adalah HAMIL (WOW!). Beruntung belum ada yang kena efek mayor ini. Yang paling parah adalah Si Anto, temen SMA gue, yang gue bayar untuk baca blog gue. Heheh. Sayang dia cuma muntah darah ama mencret-mencret aja. Gak sampe bunuh diri. SIAL! Piss Bro.

Efek minornya adalah menjadi bego. Dan ini beneran terjadi sama temen gue yang bernama NINA. Sebaiknya buat pembaca setia blog gue (emang ada yang baca?) jangan sampe ini terjadi pada diri Anda. owkey?

Critanya, gue nyuruh Si Nina malang itu baca postingan blog gue yang baru. Setelah beberapa menit tak bersuara, akhirnya dia nge-spam di Yahoo Messenger. Berikut ini adalah hasil chat gue dengan dia. Tanpa diedit dan eksklusif. Yuuk nikmati.

Nina: udah gue baca
Nina: lw ngompol ampe SMA????
Nina: o em ji
don danang: wakakkakaka
don danang: biasa itu mah
Nina: seharusnya dlu bodong lw mesti digigit pake capung tuh
don danang: hah??
Nina: katanya bisa nyembuhin penyakit ngompol
don danang: mang ngaruh??
Nina: katanya gitu, tapi gw blom pernah dengar fakta realnya....
Nina: denger2 doank...
don danang: wew
Nina: abis dlu ade spupu gw ada yg masi ngompol ampe gede,trus dibilang ma sodara gw yg laen..... "bodongnya dikasi capung aja"
don danang: trus apa yg terjadi??
Nina: gatau.....
Nina: gw juga gatau bodongnya ade spupu gw jadi digigitin capung pa nggak
Nina: jadi dapet judul skripsi nih
don danang: hah??
don danang: serius??
Nina: pengaruh gigitan capung pada bodong terhadap kebiasaan mengompol
Nina: :D
don danang: sapa yg buat??
Nina: capung yang buat...
don danang: capung??
Nina: soalnya klo itu terbukti si capung khan jadi kaya,soalnya gigitannya bisa dibisnisin sebagai obat ngompol
Nina: iya binantang capung
don danang: kayaknya lu kena efek bego dari blog gue
don danang: masa capung buat skripsi
Nina: :D
Nina: pis bro.....
Nina: pis lop en geol
don danang: wah makin bego
don danang: gue post aj di blog
don danang: :D
Nina: ????
Nina: :D
don danang: iye chating ini gue posting di blog gue
don danang: :D
Nina: tapi jangan lupa royaltinya ya...
Nina: temen is temen
Nina: bisnis is bisnis
Nina: hehehhe
Nina: oke bro.....
Nina: yuuuuuk mareh
don danang: seep
don danang: bisa diatur
Nina: oke
Nina: DEAL
Nina: senang berbisnis dengan Anda
Nina: .....
don danang: .....

Ternyata Si Nina berhasil gue jebak. Ga tau apa kalo nama orang yang masuk blog gue itu pasti aibnya akan dibongkar. Hehehe...

So, silakan nilai. Siapa yanng bego? Gue apa Nina. Haha. I'm the biggest brain. Hail yeah!

Piss Na.

Label:

Bau Ompol

Damn!! Internet mati semaleman. dkfheskhadhdadjdahf. Pelacur! (Lho?). Eniwei sebenernya gue dah set mood buat posting blog semalem. Tapi apa lacur dan apa daya, koneksi gak kunjung terhubung dan menyala. Padahal apa yang gue mau tulis dah ada di ujung pantat eh ubun-ubun. So, berhubung sekarang udah pagi, dan yang di kepala gue udah di luar kepala semua alias ilang, mari ganti topik aja. Yuukkk (emangnya tau topik gue semalem apa) Pretttt. haha.

Pagi hari ini sekitar jam 7 kurang 10, dua bocah imbisil a.k.a Vira dan Inan a.k.a anak tetangga gue menyelinap masuk ke rumah gue lagi. Gue yang masih meringkuk di singsana empuk sempat terbangun akibat suara desahan mereka. Gue pun, mau tak mau mendengar suara mereka (yaiyalah).
"Nenenk-nenek," bilang si Inan manggil nyokap gue dari luar pager berkali-kali.
Kakak gue yang merasa kasian akhirnya keluar membukakan pintu.
"Nenek di atas. Lagi jemur baju. Langsung aja keatas main yah," cerocos kakak gue yang sepertinya udah males main ama dua bocah laknat itu.

Dua bocah itu pun meluncur ke atas bagai curut kesetanan dan laksana petir yang menyambar di siang bolong yang panas (emang ada?). Kebetulan nyokap gue yang sedang menjemur kolor gue pun kaget setengah mati. JRENGGG (nada film horor)
"Lho ngapain pagi-pagi udah ke sini?" bilang nyokap sambil menjemur kolor super gue.
"Hus-hus, pergi sana tuyul kecil," kata nyokap sambil menggerak-gerakan tongkat sihir kaya Harry Potter. Gak ding, hehehe.

Berhubung di atas itu berbahaya buat keselamatan jiwa, nyokap memutuskan turun ke bawah. Si Vira dan Inan yang dibujuk turun ternyata nggak mau. Mereka merasa betah. Jangan-jangan mereka kagum sama kolor super gue. Hehehe. Nyokap pun akhirnya nendang pantat keduanya (ekstrim) supaya turun dari neraka, eh... dari lantai dua.
Dan berikutnya, stres tingkat tinggi dimulai.
"Nek minta sirop," bilang kedua bocah imbisil ini.
Sebenernya nyokap gue gak mau buatin sirop. Karena berbahaya untuk kesehatan dan masa depan mereka. Menurut pepatah jawa kuno bilang begini "minum sirup pagi hari bisa membuat Anda gatal-gatal, epilepsi dan keterbelakangan mental. Sebaiknya minum bir aja. Bisa membuat Anda sehat dan digebukin orang karena rese." Hahaha. Okelah ini masalah lain. Back to topic.

Akhirnya sirop pun di di hidangkan. Diminum glek-glek-glek ampe abis oleh dua bocah ingusan itu. Lalu apa yang terjadi saudara saudara? Apa yang terjadi? Apakah yang terjadi berikutnya!? Jreengg si Inan ngompol aja gitu di kapret eh karpet. NGEPET!

Kakak gue jerit-jerit, nyokap jerit-jerit, gue mimisan (goblok). Pertanyaannya sekarang, bagaimana cara menghilangkan bau ompol dari karpet? Nyokap bingung, kakak gue bingung, dan gue masih mimisan.

Oke, jujur aja gue masih suka ngompol ampe SMA. Tapi untuk masalah menghilangkan bau ompol, gue bukan ahlinya. Menurut pengalaman gue yang cetek, tinggal di kasi wangi-wangian aja. Dengan begitu bau ompol hilang hati pun senang. TIPS: Waktu itu gue pake wangi menyan. hehehehe. Setan dateng, gue ngibrit. Eniwei ngapain juga masalah gue masih ngompol ini dibahas? Lanjut.

Dewi penyelamat akhirnya datang untuk menolong keluarga gue yang malang ini. Sang ratu adil dari pantai selatan. Siapakah gerangan itu? Ya, nyokapnya Inan. Eng-ing-eng.
"Inan, Vira, pulang mandi dulu yuk," bilang ibu dua bocah ini dari luar.
"Mah, Si Inan ngompol," timpal si Vira dari dalem rumah.
"LAILAHAILOWLOH," nyokap Inan shock berat menemukan anaknya berbuat perbutan terpuji (lho?)

Dan akhirnya kedua anak itu pulang dengan kepala masing-masing (maksudnya?). Si Inan pake celana, Vira pake celana, dan gue gak pake kolor (ngapain nih?)

Masalahnya sekarang ada dua pertanyaan yang masih mengganjal dalam hati ini (cae-lah bahasanya).
1. Gimana caranya menghilangkan bau ompol?
2. Kok gue masih bisa nulis banyak? Hehehhe

Serius nih, teman-teman ada yang tahu mengilangkan bau ompol? Tolonglah diriku yang hina ini. Tolong-tolong-tolong. Aku kotor. Please....

Inan Si Bocah ompol

Label:

4.13.2008

Najis, Nahjong, Geuleuh!

Hai-hai apa kabar semua? Mmmuah mmmuah. Akhirnya, bisa juga buka halaman blogger. Dua hari ke belakang gue gak bisa buka halaman muka blogger. Tau gak kenapa? Eniwei gak penting juga sih. NAJIS! (lho?)

Baiklah, cukup basa-basinya, kita mulai aja yah? Owkey, Gue sekarang ini punya kiasan yang menarik tentang kata NAJIS. Skali lagi NAJIS!. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (cek beneran nih gue) najis itu: 1. kotoran yang menghalangi kita beribadah; 2. Kotoran (tinja, air kencing, dll); 3. Jijik. Nah, dalam postingan kali ini, gue bakal merujuk ke definisi nomer 3: JIJIK.

Begini critanya, beberapa bulan ini gue banyak dihujani kata najis dari teman-teman gue. Entah kenapa yah, padahal gue gak berbuat nista atau menunjukkan sesuatu yang mesum pada mereka. Jangankan berbuat nista dan mesum, menunjukkan aurat aja gue gak pernah (ngapain juga gue nunjukkin aurat). Mungkin karena mereka terkesima dengan kegantengan gue atau kegantengan gue. Jadi yang ada di pikiran mereka cuma kata NAJIS, NAHJONG atau GEULEH. Oke gak usah dibahaslah masalah sepele seperti ini. Hehe.

Nih, sebagai bukti otentik kalo gue benar-benar dihujani kata-kata najis, berikut ada beberapa percakapan gue dan teman-teman gue. Percakapan dilakukan menggunakan beberapa media, seperti chatting, SMS, telpon, dan bicara 4 mata. Kebanyak dari mereka yang melontarkan kata najis adalah wanita. Jadi jangan tanya lagi kenapa mereka melontarkan kata biadab itu. Here we go:

Dengan Alifa (temannya teman gue) lewat chatting
Gue: Fa, gue mau bikin buku dunks.
Alifa: Gaya amat. Buku tentang apa?
Gue: Ada dueh
Alifa: Jah, Paling buku mesum
Gue: Enak aja. Menarik tauk.
Alifa: kalo gitu buku apaan?
Gue: Gue gak bisa bocorin. Gue kasi tau judul bukunya aja yah?
Alifa: apaan?
Gue: Lucu deh. jangan kaget yah?
Alifa: Iye berisik! Apaan judulnya
Gue: Babi Ngesot: Datang tak diundang pulang tak berkutang
Alifa: huhahahhahahhahahah
Alifa: judul apaan tuh?
Alifa: NAJIS lo
Gue: "....."

Berikutnya dengan Nina (teman kampus gue). Masih lewat chatting.
Gue: Na, gue sekarang lagi deketin teman kampus kita
Nina: Sapa nang?
Gue: Duh malu nih
Nina: Ya ampun ama gue ini. Siapa sih?
Gue: jangan kaget yah
Nina: Iyaa? Sapa? Penasaran nih gue.
Gue: Si **** (sensor demi nama baik dan harga diri gue yang sepeser)
Nina: Lho? Koq bisa?
Gue: Abis dy lucu sih
Nina: Duilah. Atas dasar apa lu bisa suka ama dy?
Gue: karena gue ganteng
Nina: NAHJONG
Gue: "....."

Ini dengan Anggie (teman SMP) dilakukan pagi hari, lagi, masih lewat chatting.
Gue: Lagi apa gie? Tumben pagi dah OL?
Anggie: Lagi browse aja. Binun mau apa.
Anggie: baru bangun nang?
Gue: Iya nih
Gue: Gie tau gak?
Anggie: Gak!
Anggie: ada apaan mangnya?
Gue: Gini masalahnya serius bgt
Gue: gawat pokoknya.
Anggie: masalah apaan?
Anggie: segawat itu kah?
Gue: nih ya
Gue: Gue kebet eek
Anggie: NAJIS lo! udah sana buang dolo.
Gue: lo mau gak gue kasi?
Anggie: gue gampar lo ya
Gue: *ngacir ke kamar mandi*

Korban berikutnya Ade Rani (teman kampus). Ketemu langsung pada jam istirahat kantor di bilangan Thamrin.
Gue: ceu-ceu(panggilan sayang geu buat dy) akhirnya kita bertemu juga setelah sekian lama
Rani: iya yah. Udah berapa lama nang?
Gue: lama deh
Udaah gitu kita saling bercengkrama dan membicarakan kenangan masa kuliah dolo (cae-lah). Percakapan pun dilanjutkan.
Gue: Ceu tau gak?
Rani: apa?
Gue: gue kan sekarang luluran
Rani: HAH? Gapapa sih si aa juga sering koq
Gue: Selain itu gue juga ke salon buat facial
Rani: idih, gue aja jarang facial, lu malah lebih sering dari gue (gelagatnya mulai curiga)
Gue: ini yang paling gila ceu
Rani: apaan?
Gue: gue berdandan seperti wanita
Rani: GEULEUH jauh-jauh sana
Klarifikasi: semua yang tercatat di atas gak pernah gue lakukan. Ini semata2 buat menghidupkan percakapan gue dengan Ade Rani aja. Okey. Don't take to serious.

Yang ini ama Lea (junior gue di kampus) Lewat SMS
Lea: Nang, gue udah baca blog lu. heheh. Dasar kau ini
Gue: Ow akyu jadi malu. Tapi maacih ya dah mau mampir. Jangan lupa tinggalin pesen owkey.
Lea: Ajengku?! ehm, brrt lw beli lu2r dr dy. huahaa NAJONG!
Gue: Iya. masa ajengmu. Tar gue beli barang yang lain. Makasih udah menikmati kegantengan seorang danang. Haha
Lea: gak bales sms-nya. Gue yakin dia mengatakan NAJIS dalam hati sambil muntah-muntah. Huahahhahah. YES akhirnya gue sukses menyakiti anak orang

Selain dihantam kata najis, gue gak mau kalah dong. Gue pun pernah mengatai teman gue dengan kata najis.

Critanya, 1 dari ribuan temen gue (hiperbola) baru disunat. Dalam hati gue pikir gila aja! Umur 20-an baru sunat. Gue membayangkan tititnya pasti udah alot. Tapi teman gue ini malah bangga dengan dengan statusnya yang baru dipotong tititnya itu. Sebenernya sih dia gak mau teman-temannya tau dia baru aja dikebiri. Tapi udah kepalang tanggung. Nasi sudah menjadi dubur eh bubur. Saat abis main bola sambil berleha-leha dia membeberkan rahasia kotornya sekaligus aibnya tanpa rasa malu.
Fabio (bukan nama sebenarnya): Hoy teman-teman gue baru aja disunat
Gue dan teman-teman: *menatap dengan keheranan*
Fabio: mau liat gak bentuknya sekarang?
Gue : NAJIS lo. mana sini liat. biar kita jepret rame2.
Fabio: "...." *gak jadi menunjukkan keperkasaannya*

Eniwei, itulah sekelumit kisah gue dengan si Najis. Perhatian: hal-hal di atas bukan rekayasa belaka. Jika ada kesamaan nama dan tempat kejadian, itu hanya kebetulan belaka. Terima kasih buat pelaku a.k.a teman-teman gue yang sudah mengatai gue. Pesan terakhir: terus katai aku dengan najis. Semangat yah.

Oit, udah tengah malem nih. Besok gue ada seminar pagi. Harus bangan pagi-pagi biar rejekinya gak dipatok bebek. Sampai jumpa semua.

Label:

4.09.2008

Engaku Idolaku

Halo... akhiranya gue kembali ke garis (on line). Gara-gara hub kesamber petir, jadinya seharian gue manyun gak bisa ngenet. Hix

Oke, 2 hari ini gue lagi giat-giatnya nonton trailer The Dark Knight. Di puter terus... ampe gue gak pernah bosen mantengin trailer yang keren ajib itu. Bahkan gue ampe nonton Batman Begins 2 kali untuk mendapatkan feel kalo gue ini benar-benar si Bruce Wayne (ngarep). Hahaha. Hmm jadi Gak sabar nih nunggu film-nya keluar Juli nanti. Oia, ini gue persembahkan dengan bangga trailer The Dark Knight. IMHO (in my humble opinion) ini adalah gambar terbaik yang pernah gue dapet dari youtube. Gak percaya? Silakan cek.


Sedikit deskripsi mengenai film ini:
The Dark Knight adalah sekuel dari Batman Begins. Film ini masih disutradarai Christopher Nolan dan bintang utamanya juga masih Christian Bale. Dari cast utama (Wayne, Alfred, Jim Gordon, Lucius Fox, dan Rachel Dawes) hanya karakter Dawes yang berubah orang. Katie Holmes diganti sama Maggie Gyllenhaal. Pergantian ini sama sekali gak merubah kekuatan The Dark Knight tentunya. Karena peran Dawes tak begitu signifikan. (sotoy banget gue)

Eniwei yang harus dicermati di film ini adalah The Joker. Yup, musuh terbesar Batman ini diperankan Heat Ledger. Tau dong sapa Heat Ledger? Itu loh yang jadi Ennis del Mar di Brokeback Mountain. Tapi, sekarang Ledger sudah meninggalkan kita semua. Tanggal 22 Januari ia ditemukan tak bernyawa karena OD di salah satu hotel di Australia. Kisah selengkapnya baca di sini

The Dark Knight bisa dibilang "persembahan terakhir" Ledger. Dari berita yang sempet gue baca tentang produksi 'Si Ksatria Malam', Ledger harus mengeksplorasi karakter The Joker dengan berdiam diri di kamar hotel selama sebulan penuh (tentunya dia sempet eek sama kongkow-kongkow). Ini dilakukan Ledger untuk mendalami karakter yang utuh sekaligus melatih suara agar semirip mungkin dengan karakter badut pembunuh (cek ketawanya). Gimana hasilnya? Tunggu aja Juli nanti.

Selama post production ada idiom yang mengatakan "Nolan membuat Tim Burton terlihat seperti sutradara amatir dan Ledger menempatkan Jack Nicholson sebagai aktor yang gagal memeran kan Joker" (correct me if I'm wrong). Percaya atau tidak? Yuk Mariii tunggu tanggal mainnya.

Sebelum lupa, nih gue dapet poster langka The Dark Knight? Gue yakin lu semua pada gak punya.

Knapa jadi serius gini yah? Gpp lah. ini bukti kecintaan gue sama film. C ya.

Batman engkau idolaku.

Label:

4.07.2008

Skripsi dan Manusia Besi yang Elegan(si)

Akhirnya-akhirnya-akhirnya. Gue dapet judul skripsi. Setelah 2 hari gue utak-atik tuh kata-kata, ampe sempet dibawa ke bengkel, walhasil kata-katanya tetep di situ-situ aja. Ngepet! Itu pun masih harus dibantu Si Nina, temen gue waktu kuliah dulu.

Nina adalah juru selamat buat semua anak-anak jurusan gue. Mentok judul skripsi minta tolong Nina. Minta konsultasi bimbingan atau referensi minta Nina. Pinjem duit minta Nina. Buat yang terakhir ini pasti lo bakal digampar. Hehehehe

Banyak yang bilang buat skripsi gampang-gampang susah-susah. Esensi yang paling utama dari sebuah skripsi terletak di judul. Judul skripsi haruslah panjang sehingga menghasilkan kalimat yang elegan dan berwibawa (kata siapa nih?). Kalo perlu pake bahasa Inggris. Biar Dosen pembimbing ama yang buat skripsi bingung skalian. Berhubung gue tinggal di Indonesia dan cinta mati sama Indonesia, gue memutuskan milih judul pake bahasa Indonesia aja (Ngeles. Padahal bahasa Inggris-nya katro). Merah darahku, putih tulangku. Hidup bapakku. Yeahhhh (lho?)

Inilah judul yang gue pilih. Eng-ing-eng
Proses Penyajian Foto Berita Olahraga
(Studi Deskriptif pada Foto Putaran Final Liga Djarum Indonesia 2008 pada Rubrik Gol Nasional di Tabloid Gema Olahraga)

Keren gak?? Sedap. Huehehehhe
Masalah berikutnya setelah dapet judul: Dari mana mulai bikinnya? Buat orang kayak gue nulis berhalaman-halaman karya ilmiah adalah pemborosan waktu dan tenaga. Lebih baik nulis blog aja. Hehe.

Tapi, gue udah niat lulus tahun ini. Seperti kata penyanyi Pance Pondaah "Demi engkau dan si buah hati aku rela berbuat begini" (halah).

Owkey, daripada pusing mikirin judul skripsi gue yang maha dahsyat itu, mending kita relax sejenak. Bentar lagi pelem Iron Man keluar. Iron Man, salah satu pelem adaptasi komik yang keluar tahun ini selain: Incredible Hulk dan Batman: The Dark Knight. Mari nikmati Trailer si manusia setrika berikut ini. Panas-panas-panas.

Label:

4.06.2008

Pandangan Pertama

Gak ada kerjaan dari pagi gue iseng. Tercetus ide membuat blog di Blogger. Aha!. Setelah gue rasain, ini toh yang namanya blog? (norak). Utak-atik buat nemuin settinggan blog yang pas, gue ampe lupa makan. Tadinya ini blog mau gue bawa aja ke bengkel biar dikerjain ama ahlinya. Hehe.

Btw, Ada yang aneh dari gue hari ini. Yang ada di pikiran gue sore tadi adalah temen gue yang namanya Ajeng. Dia itu anaknya manis, orang jawa, sexy, gitu deh. Kemarin gue baru beli lulur dari dia. Mungkin gara-gara itu kali yah kepikirannya? Gak tau ahhh.
Entah kenapa jam setengah 6 hp nada sms berbunyi. Kring-kring (bunyi hp apa bel sepeda?). Gue angkat ternyata si Ajeng. Di hp nama dia gue tulis Ajengku. Buat bedain dengan Ajeng yang lain tentunya. weks.

Ajengku:
nang,mudah2an pcr na suka luluy na y.nti kl gw ud ad yg coklat gw kbrin.
Danang:
Ow iya iya iya. Dy suka koq. Oke yg coklat tar gw beli. Eh, jeng lu lg suka lagu indonesia apa? Gak nyambung yah?
Ajengku:
lg suka bgt ma ran !!
Danang:
Oke. Judulnya apa? Oia smalem yogi traktir2. Huehehe
Ajengku:
Wah curang tu orang!hehe.kl ga slh pandangan prtama d.tu loh yg dpake bwt iklan na jazz.

Akhirnya gue pasang lagu Ran yang Pandangan Pertama di blog ini.

Oke Jeng, lagu di blog ini gue dedikasikan buat lu. Selamat menikmati. Love U.
.
Ini lho yang namanya Ajeng.

Label:

Bocah Idiot

Vira dan Inan adalah anak tetangga gue. Dua bocah imbisil ini punya hobi minum susu campur Vodka (nggak ding).

Citanya begini. Bla...bla...bla... kedua anak ini tiap sore sering main ke rumah gue. Ada seribu cara supaya anak-anak idiot ini masuk ke rumah. Pertama: mereka bakal memanggil "nenenk-nenek" (wich is nyokap gue). Karena nyokap tak kunjung keluar dari sarangnya, mereka beralih memanggil "kakak-kakak" (wich is kakak gue). Tak berhasil juga, dua bocah ini menggedor-gedor pager sambil nyanyi-nyanyi nyanyian suku aborigin lengkap dengan sesajen daging kangguru (hiperbola). Gue, yang merasa iba akhirnya membukakan pintu buat dua bocah laknat ini (maksudnya sih menyelamatkan pager supaya gak rusak).

Hal pertama yang dicari anak ini di rumah gue adalah sirup. Membingungkan memang anak umur 3 dan 2 tahun bukannya cari susu, eh malah cari sirup. Untung aja mereka gak minta bir. Kalo minta pasti gue kasi. Hehehe. Eniwei, setelah puas menggasak sirup dari kulkas, mereka minta disetelin film kartun klasik Tom & Jerry. Duduk dengan anteng depan tipi sambil menegak sirup, adalah surga dunia buat mereka.

berikut adalah petikan wawancara dengan 2 bocah tengik ini.
dengan Inan dulu
Gue: Nan, nonton apa? (pertanyaan bodoh)
Inan: "...."
Gue: Dah makan lum?
Inan: "...."
Gue: Siropnya dah abis nih tambah yah?
Inan: "...."
Gue: Nan mu ditambah gak?
Inan: "...,"*tetep santai nonton TJ*

Merasa gondok karena dikacangin, gue beralih ke kakaknya Vira
Gue: Vira ni ada kue mau gak?*sambil menawarkan kue bolu bekas kemarin*
Vira: (mengambil kue tanpa berkata apa-apa)
Gue: Dimakan yah?
Vira: "...."
Gue: Tom-nya kasian juga dikerjain mulu yah?
Vira: "...."
Gue: Vira tikusnya namanya siapa? (berusaha menghidupkan pembicaraan)
Vira: Kakak diem dong akyu lagi nonton tauk....
Gue: *Jleb*

merasa gondok lagi akhirnya gue meninggalkan kedua bocah itu. Tawa nyokap dan kakak gue membahana. Sial.

Pesan utama: jangan pernah mengajak bicara anak kecil yang sudah teracuni Tom and Jerry. Karena kamu tak begitu penting dibandingkan kucing dan tikus animasi itu. Tapi gue suka kangen kalo mereka nggak dateng ke rumah. oohhh so sweet.

Oia, sebentar lagi mereka balik ke kendari. I'm gonna miss U kids.

Okey suara mereka udah terdengar. Ganggu dolo ahh. :)

Inan (kiri) & Vira (kanan) dua bocah imbisil yang berhasil dijebak untuk berfoto

Label:

wawancara Playboy Indonesia dengan Pram

Pramoedy Ananta Toer adalah penulis favorit gue. Di saat kebanyakan teman-teman gue mengidolakan penulis dari luar, gue malah asik membaca bukunya Pram. Eniwei, berikut adalah wawancara terakhir Pram yang dipublikasi media nasional secara besar-besaran. Kick Andy pun tak sempat menghadirkan Pram di Acaranya karena keburu meninggal pada 2006. berikut wawancara ekslusif Pram dikutip dari majalah Playboy edisi pertama.

KELAHIRAN 6 Februari 1925 ini amat mengimani kerja. Menganggap kerja sebagai eksistensi abadi bagi manusia. Dan dihati Pramoedya Ananta Toer kerja adalah menulis. Maka menulislah ia. Dalam Rumah Kaca Pram pernah mencatat: “…gairah kerja adalah pertanda daya hidup; selama orang tak suka bekerja sebenarnya ia sedang berjabatan tangan dengan maut…” Merokok tanpa putus sejak umur15 tahun, lahirlah tetralogi yang legendaris itu [Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Rumah Kaca, dan Jejak Langkah]. Juga judul-judul seperti Mangir, Arok Dedes, Arus Balik, Nyanyi Sunyi Seorang Bisu, dan banyak lagi. Semuanya memiliki kesamaan: menggetarkan dunia.

Nominasi Nobel bidang sastra beberapa kali mencatat namanya.

Pengalaman hidupnya seolah ditakdirkan dramatis [layaknya orang-orang
besar]. Pernah jadi pihak yang menekan saat Lekra [Lembaga Kebudayaan Rakyat, organisasi kesenian underbow PKI] berjaya. Lantas tersuruk jadi tahanan politik selama 14 tahun 2 bulan tanpa pengadilan disusul status tahanan rumah.
Juga menyaksikan dengan sesak karya dan harta literaturnya dibakar militer [sampai kini dia masih tak mengerti, karena merasa dasarnya menulis adalah satu: kemanusiaan]. Pun pelarangan terhadap tulisan-tulisannya.

Karya-karya Pram tak banyak mengutak-atik keindahan bahasa, longgar, dan kerap kelam meski tengah mengekspresikan keriaan hidup, seperti seks. Dalam penutup satu bab di Bumi Manusia, Pram menulis perasaan Minke tentang persetubuhannya dengan Annelies: “Aku balas pelukannya. Dan tiba-tiba jantungku berdeburan diterpa angin timur. Satu ulangan telah memaksa kami jadi sekelamin binatang purba, sehingga akhirnya kami tergolek. Sekarang gumpalan hitam tidak memenuhi antariksa hatiku. Dan kami berpelukan kembali seperti boneka kayu.”

Sebagai penulis Pram menganggap keindahan terletak pada kemanusiaan, perjuangan untuk kemanusiaan dan bebas dari penindasan. Bukan dalam mengutakatik bahasa.

Pengagum sastrawan Gunther Grass dan John Steinbeck ini mengaku begitu produktif berkarya karena merasa tidak akan berumur panjang.
Kenyataannya pada usia 81 tahun dia masih mengepulkan asap rokok saat ditemui Feature Editor PLAYBOY Alfred Ginting dan Soleh Solihun, di rumahnya yang asri, di kawasan Bojong Gede, Jawa Barat. PLAYBOY ditemani Happy Salma yang sore itu membawakan sebotol wine untuk penulis yang dikaguminya itu. Setiap malam Pram menenggak satu dua sloki wine demi kesehatan jantungnya.

Seperti yang sudah-sudah wawancara ini kembali banyak menjelajah sikap politik Pram, tidak seperti keinginan kami untuk membongkar sikap sastranya. Pram sulit diajak untuk mengomentari karya-karyanya. Pram menganggap karya-karya itu sebagai anak-anak jiwanya. Mereka bebas terbang lepas setelah didewasakan oleh pena dan mesin tiknya. Selain itu usia membuat Pram berjarak dengan masa lalu kepengarangannya. Di rumah - hasil dari royalti bukunya yang telah diterjemahkan ke 42 bahasa - Pram tak lagi banyak bekerja. Sudah sepuluh tahun dia tidak menulis, semangatnya dipatahkan umur tubuhnya. Saban hari dia bangun jam lima pagi, mengumpulkan kliping berita koran bertema geografi untuk cita-citanya yang tidak akan terwujud - menyusun apa yang dia sebut Ensiklopedi Kawasan Indonesia, sesekali menerima tamu, melihat-lihat ternak ayam dan angsanya, dan membakar sampah.

Pada meja bundar di ruang tamu rumahnya, Pram menjawab pertanyaan PLAYBOY. Di meja itu bertumpuk sejumlah buku. Yang menarik perhatian adalah fotokopi novel Gulat di Djakarta yang akan diterbitkan kembali oleh penerbit Lentera Dipantara. Pram mengenakan polo shirt lusuh, celana training biru dan sandal jepit. Kaos kaki sepakbola berwarna hijau menutup ujung kaki celananya. “Dingin kaki saya,” kata dia. Pram masih menunjukkan kekukuhan dalam argumentasi dan pemakluman atas sikapnya. Seperti tentang pendiriannya terhadap Soekarno sebagai pemimpin yang berhasil mempersatukan bangsa Nusantara tanpa meneteskan darah. Padahal di zaman rezim Soekarno dia ditahan karena menulis Hoakiau di Indonesia. “Yang memenjarakan saya itu militer. Bukan Soekarno,” tegasnya.

PLAYBOY: Di film Jalan Raya Pos, Anda mengatakan tidak yakin akan berumur panjang. Ternyata, sekarang berumur 81 tahun, bagaimana perasaan Anda?

PRAMOEDYA: Tahun ‘50, TBC membunuh ayah, ibu, adik, nenek, ipar, kemenakan saya. Waktu itu belum ada obatnya. Yang tahu, obatnya kapur saja. Untuk menutupi luka. Jadi, sudah sejak sangat muda, sudah berhadapan dengan maut. Dan saya sebagai anak tertua dengan tujuh adik menanggung semuanya. Ada seorang professor mengatakan, `Kau nanti juga kena [TBC].’ Tapi ternyata, sampai sekarang nggak ada apa-apa. Saya nggak ada penyakit parah, cuma kesulitannya kalau nggak bisa tidur, itu lantas jatuh, drop saja. Nggak pernah menyangka. Keluarga saya praktis mati karena TBC. Saya nggak pernah ketularan. Sepanjang hidup saya heran, kok bisa sampai 81.

PLAYBOY: Masih punya mimpi?

PRAM: Saya nggak punya mimpi apa-apa. Masalah saya sekarang, hanya mati saja. Saya sudah sepuluh tahun nggak menulis. Juga nggak jawab surat. Ini sudah nggak bekerja [menunjuk kepala]. Sudah pikun.

PLAYBOY: Mimpi untuk menuliskan kembali proyek yang dulu sempat dimusnahkan, seperti Ensiklopedi Indonesia?

PRAM: Ya, kliping saya sudah 8 meter panjangnya. Tapi biayanya melanjutkannya nggak ada. Nggak ada pemasukan yang beres. Paling sedikit lima orang diperlukan.
Kalau satu orang dua juta, sepuluh juta satu bulan. Dari mana sumbernya?
[tertawa].

PLAYBOY: Anda angkatan ‘45. Kalau nanti dimakamkan di Taman Makam Pahlawan bagaimana?

PRAM: Ah saya nggak mengharapkan begitu-begituan. Mau dibakar kek, mau dibuang kek, nggak soal.

PLAYBOY: Anda siap menghadapi kematian?

PRAM: Sejak muda, saya siap mati di manapun dan kapan pun. Nggak ada soal. Jadi, nggak punya beban tentang mati.

PLAYBOY: Tidak ada yang Anda takuti dalam hidup?

PRAM: Saya anggap sebagai tantangan sport. Tidak punya dendam saya. Kalo punya dendam jadi beban lagi. Dianggap berani atau nggak, saya nggak tahu [tertawa]. Saya kehilangan apa saja, tidak merasa kehilangan.Rumah dirampas, perpustakaan dibakar, delapan naskah dibakar. Ini sampai rumah dijaili. Apanya yang salah, saya tidak tahu.

PLAYBOY: Kadar gula Anda masih tinggi?

PRAM: Oh, gula saya memang tinggi. 460. Tapi saya obati dengan bawang putih. Setiap suap makan, gigit bawang putih, jadi semua luka kering sendiri. Jadi, dagingnya nggak membusuk. Dan saya anjurkan itu untuk yang sakit gula.
Saya kan juga latih-an pernafasan kalau mau tidur. Tarik nafas sampai penuh, tambah lagi. Itu sportnya. Tahan baru buang. Belajar dari pengalaman saja. Mulai umur belasan tahun, setelah pisah dari keluarga.

HAPPY SALMA: Anda sepertinya punya harapan besar terhadap generasi muda?

PRAM: Betul. Soalnya sejarah Indonesia itu sejarahnya angkatan muda.
Jangan lupa itu! Sejak tahun belasan, di negeri Belanda, menjalar ke Indonesia. Puncaknya di Sumpah Pemuda. Itu titik tolak jadinya negara kita. Saya anjurkan yang punya perhatian pada sejarah, susunlah sejarah Sumpah Pemuda sampai jadi buku wajib. Sejarah Indonesia, praktis nggak karuan diajarkannya. Saya percaya, sejarah Indonesia itu sejarah angkatan muda. Angkatan tua itu jadi beban.

PLAYBOY: Tapi sejarah Indonesia akhirakhir ini harus diwarnai ancaman disintegrasi, seperti keinginan masyarakat Aceh dan Papua untuk memisahkan diri?

PRAM: Itu memang dialektika sejarah. Kalau ada yang baik, ada yang buruk. Ada persatuan, ada perpecahan. Hidup berkembang bersama-sama pasti ada yang namanya dialektika.

PLAYBOY: Soal gerakan pemuda, Anda sempat bergabung dengan PRD [Partai Rakyat Demokratik]. Sementara, gerakan pemuda sekarang terlihat melempem. PRD sendiri tidak terlihat arah organisasinya?

PRAM: Itu pimpinannya. Ketua organisasi itu, harus hidup, tumbuh,berkembang bersama partainya. Ini ketuanya [Budiman Soedjatmiko] lari, masuk ke PDI.
Dia mesti mimpin partainya, ini malah sekolah ke Inggris. Sekolah itu kan jalan untuk jadi pegawai. Untuk mimpin partai nggak perlu sekolah. Bangkit, jatuh, bangun, berkembang bersama partainya. Yang benar itu.

PLAYBOY: Tapi pendidikan dianggap penting bagi kepemimpinannya?

PRAM: Ah tidak. Kepemimpinan ya dari partainya itu, berpengalaman sejak awal sampai berkembang. Itu nggak perlu sekolah. Belajar dari keadaan. Menjadi pemimpin partai itu nggak perlu sekolah. Belajar dari keadaan. Sekolah saya, SMP kelas 2 nggak tamat, tapi kok jadi doktor? [tertawa].

PLAYBOY: Anda pernah menyebut Jimmy Carter berperan dalam pembebasan Anda. Itu bagaimana ceritanya?

PRAM: Itu Carter meminta supaya tahanan Pulau Buru dibebaskan. Kalau nggak, bantuan Amerika akan dihentikan untuk Indonesia.

PLAYBOY: Jadi, bisa dibilang Anda diselamatkan Amerika?

PRAM: Ya memang Amerika. Tapi juga Amerika juga yang waktu Presiden Eisenhower yang memerintahkan supaya Soekarno disingkirkan. Eisenhower ngomong begitu setelah babak belur di Vietnam. Ada masalahnya itu. Lantas dia perintahkan, singkirkan Soekarno! [tertawa].

PLAYBOY: Anda sudah beberapa kali disebut sebagai kandidat Nobel, tapi belum jadi kenyataan juga.

PRAM: Yang jadi kandidat itu kan empat orang yang terakhir. Satu orang dapat, saya nggak. Saya nggak tahu.

PLAYBOY: Apa itu ada hubungannya dengan sikap politik Anda dulu sebagai tokoh Lekra?

PRAM: Itu hak saya punya pandangan politik.

PLAYBOY: Tidak pernah berpikir, kalau mendapat Nobel itu bentuk pencapaian Anda sebagai penulis?

PRAM: Kalau dapat itu, berarti penghargaan dunia. Itu saja.

PLAYBOY: Tidak pernah bermimpi, ingin dapat Nobel sebelum meninggal?

PRAM: Nggak.

PLAYBOY: Jadi, penghargaan tertinggi dalam hidup buat seorang Pram?

PRAM: Penghargaan sudah saya dapat di mana-mana. Orang baca karya saya saja, sudah suatu penghargaan.

PLAYBOY: Dari semua karya Anda, yang merupakan pencapai-an terbesar yang mana?

PRAM: Nggak tahu saya. Itu publik yang menentukan.

PLAYBOY: Dalam karya Anda, banyak figur perempuan yang menentang garis. Itu memang gambaran Anda tentang figur perempuan modern?

PRAM: Itu inspirasi dari ibu saya sendiri. Ibu saya meninggal sangat muda, umur 34. Suatu kali, waktu saya masih di SD, panen jagung di luar kota, saya dipanggil ibu. Kalau serius, ibu saya ngomongnya dalam bahasa Belanda. Jauh lebih bagus dari saya. Dia pesan, `Engkau nanti harus belajar di Belanda sampai doktor.’ Itu beliau ngomong waktu saya masih SD dan miskin sekali. Itu pesannya. `Jangan sampai kau minta-minta sama orang. Pada siapapun! Jangan minta-minta. Selesaikan tugas dan kerjamu dengan tenagamu sendiri. Jangan minta-minta bantuan!’ Itu pesan ibu saya. Kenyataannya lain. Lulus SD, masuk SMP, Jepang datang, bahasa Inggris dilarang. Sampai [kelas] 2 SMP saya sekolah, itu pun nggak tamat, karena dibubarkan Jepang. Jadi, nggak pernah mendapat pendidikan bahasa Inggris. Setelah Jepang pergi, saya nggak bisa ke perguruan tinggi. Bahasa Inggrisnya tidak bisa [tertawa].

PLAYBOY: Di masa itu apa artinya jadi doktor?

PRAM: Ilmu pengetahuan. Jadi mencukupi sebagai orang terpelajar. Kalau belum dapat gelar, ya belum [tertawa].

PLAYBOY: Tokoh Minke dibuat berdasarkan riset Anda terhadap tokoh pers Tirtoadisuryo. Apa tokoh perempuan di sekitarnya memang dinspirasi dari perempuan di dunia kenyataan?

PRAM: Itu simbolik saja. Supaya jadi anutan pembacanya. Saya mengharapkan wanita itu lebih maju daripada sekarang ini. Karena dia yang mendidik bangsa. Waktu saya masih kanak-kanak, ibu-ibu itu memproduksi. Ada yang membatik, ada yang nenun,
bikin sabun segala macam. Kok, sekarang nggak ada? Tidak berproduksi wanita, tampaknya ya. Waktu saya kecil, ibu saya nenun, bikin batik, segala macam, buat kecap, sabun, dijual. Jarang terjadi sekarang ini di rumahtangga. Sehingga jadi bangsa yang konsumtif, tidak produktif.
Akibatnya melahirkan benua korupsi. Malah orang menjadi kuli. Untuk menjadi kuli itu, bayar mereka. Sampai Jerman mengatakan, Indonesia itu bangsa kuli di antara bangsa-bangsa dunia.

PLAYBOY: Apa arti perempuan buat Anda?

PRAM: Kalau saya melihat ibu saya, beliau yang membentuk saya jadi begini ini. `Jangan minta-minta. Selesaikan semua tugasmu dengan kekuatanmu sendiri!’ Luar biasa! Dalam keadaan miskin [tertawa]. Nggak pernah bertanggung jawab pada perbuatan sendiri

PLAYBOY: Begitu juga cara Anda mengarahkan anak Anda?

PRAM: Kalau untuk saya, silakan kerjakan apa yang dimaui. Tapi, tanggungjawab pada perbuatan sendiri. Cuma itu pesan saya. Bahkan jadi bandit pun silakan. Tapi tanggungjawab atas perbuatan sendiri. Jangan nyorong pada orang lain untuk tanggungjawab. Seperti Harto nanti [tertawa].

PLAYBOY: Dari tadi, cerita soal ibu terus. Lantas, bagaimana sosok ayah di mata Anda?

PRAM: Minus. Ayah saya itu Direktur Sekolah Boedi Oetomo. Saya sekolah disitu. Untuk tamat tujuh kelas, saya memerlukan sepuluh tahun. Tahu perasaan dia kan jadinya, terhadap anaknya? [tertawa]. Mengecewakan dia lah.

PLAYBOY: Karena Anda nakal?

PRAM: Sampai tua saya nggak bisa main gundu [tertawa]. Sampai tua, nggak bisa menaikkan layang-layang. Nggak sempat main. Kerja terus. Saya menulis untuk diterbitkan. Untuk dapat uang. Habis, dari mana uang? Melihara kambing juga, nyariin makan segala macam. Lantas dihina oleh murid-murid sekolah pemerintah. Saya pernah mengadu sama ibu saya. `Bu saya dihina sama orang-orang sekolah pemerintah.’ `Kenapa kau dihina? Kamu berani kerja, mereka nggak.’ Ibu saya bilang. `Udah biar saja.’

PLAYBOY: Ayah Anda direktur sekolah tapi masih kesulitan keuangan ya?

PRAM: Direktur itu gajinya 17 Gulden setiap bulan.

HAPPY: Katanya anda sering membuat perempuan bule patah hati, benar?

PRAM: Banyak [tertawa]. Biasanya mahasiswi. Setiap negara, saya punya pacar. Begitulah.

PLAYBOY: Pacar yang bagaimana? Yang sehari kenal?

PRAM: Iya [tertawa]. Ada yang mau ikut saya segala macam. Nyusul segala. Anakanak Jerman itu…

HAPPY: Kenapa? Karena Anda ganteng atau pintar merayu?

PRAM: Nggak tahu [tertawa].

PLAYBOY: Kalau mendengar kata seks, apa yang terlintas di benak Anda?

PRAM: Kalau sekarang sih, nggak ada apa-apa. Kalau dulu, kebakaran [tertawa].

HAPPY: Saya jadi tergila-gila Kartini karena Anda. Kalau Anda kenapa tergila-gila Kartini?

PRAM: Kartini? Mestinya saya punya empat jilid tulisan tangan Kartini. Dibakar sama militer. Tulisan itu hasil studi lapangan. Menemui saudara-saudaranya. Malah saya punya buku keluarga, masih tulisan Jawa. Itu dibakar semuanya. Kartini, itu orang luar biasa. Mendirikan sekolah dengan tenaga sendiri. Dia satu-satunya perempuan dengan pendidikan Barat, waktu itu.

PLAYBOY: Tapi akhirnya dia menyerah pada keadaan, kawin dengan Bupati.

PRAM: Dia harus mendengarkan kemauan keluarga. Dan keluarga disuruh oleh Residen. Biasa waktu itu.

HAPPY: Menurut Anda, perempuan itu yang penting cantik atau pintar?

PRAM: Bagaimana dia membentuk dirinya saja. Belajar hidup.

PLAYBOY: Dalam Mereka yang Dilumpuhkan, Anda menulis perempuan Sunda harganya paling tinggi. Maksud Anda?

PRAM: Itu karena perkebunan-perkebunan teh Jawa Barat banyak dikuasai Belanda. Akhirnya anak-anaknya banyak yang jadi Indo [setengah bule].

HAPPY: Dari semua negara yang pernah Anda kunjungi, perempuan mana yang paling cantik?

PRAM: Dari Cina [tertawa].

PLAYBOY: Ada apa dengan perempuan Cina? Apa karena Cina di masa muda Anda adalah Cina yang sedang membentuk jati diri nasionalismenya?

PRAM: Di antaranya. Dinamika dalam masyarakatnya.

PLAYBOY: Dalam Hoakiau di Indonesia Anda membantah anggapan sebelumnya tentang kolonialisme mengistimewakan masyarakat etnis Cina. Sekarang, etnis Cina teristimewakan secara ekonomi tidak?

PRAM: Mereka itu punya produktivitas yang lebih dari pribumi. Ini yang membuat mereka jadi bersinar. Bukan hanya Cina di sini. Cina di negerinya sendiri. Produktivitasnya lebih hebat.

PLAYBOY: Pernah merasa malu jadi orang Indonesia?

PRAM: Saya bangga jadi orang Indonesia. Sebab seorang diri saya menulis. Dan itu yang mendapat berkahnya bangsa. Saya nggak merasa kecil hati sebagai anak bangsa. Saya merasa berjasa. Karya sudah diterjemahkan.

PLAYBOY: Tapi Anda diasingkan ke Pulau Buru tanpa ada pengadilan dulu?

PRAM: Bukan suatu kesalahan jadi anggota Lekra.

PLAYBOY: Kekuasaan belum berpihak pada kesejarahan yang benar, berarti bangsa ini akan tetap begini?

PRAM: Itu bagaimana yang membuatnya saja. Sejarah itu kan, pribadi-pribadi yang bikin. Terserah yang bikinnya saja. Ya kalau kekuasaan nggak memperhatikan sejarah, publik yang memperhatikan. Itu nggak bisa dilarang, hak publik. Setiap terpelajar mulailah mendokumentasikan sejarah. Supaya setiap saat punya bahan yang bisa dipakai. Tanpa dokumentasi, gerayangan saja. Dan mendokumentasi itu belum merupakan tradisi Indonesia. Mesti dimulai.

PLAYBOY: Kenapa Anda sangat bersemangat dalam hal sejarah?

PRAM: Lihat. Bangsa Indonesia itu praktis belum memulai mendokumentasi sesuatu. Bagaimana tahu sejarah? Wong sumbernya di situ. Mendokumentasikan berita koran, belum jadi tradisi. Saya mulai memang, tapi belum jadi tradisi. Kita nggak belajar dari Barat. Kurang belajar dari Barat. Sehingga tentang Indonesia, orang Barat yang nulis. Yang perlu itu, kebutuhan untuk jadi bangsa yang modern. Bahkan kita nggak memerlukan tradisi warisan nenek moyang sendiri. Semua menjadi beban. Lebih baik dibuang saja. Saya sendiri sudah membuang Javanisme dalam diri saya.

PLAYBOY: Tapi kan manusia suka romantisme masa lalu?

PRAM: Itu hak setiap orang untuk suka ini, suka itu. Tapi, perlu atau nggak. Yang kita perlukan itu yang akan datang. Dan ini perlu kesiapan.

PLAYBOY: Apa hal dari Kejawaan yang anda rindukan? Wayang misalnya?

PRAM: Saya nggak suka wayang. Pertama, itu bukan Jawa, tapi India. Wayang sudah berhenti sejak umur 17-an, karena nggak ada. Saya pindah ke Jakarta kan nggak ada. Saya ingin mendengar gamelan. Itu ada kasetnya, tapi nggak ada yang memasangkan.

PLAYBOY: Kenapa gamelan?

PRAM: Rindu saja. Itu sejak kecil musik saya gamelan. Gamelan itu merupakan mahkota. Saya puluhan tahun nggak dengar gamelan.

PLAYBOY: Banyak yang menganggap dalam Arok Dedes, Ken Arok sebagai simbolisasi karakter Soeharto. Apa yang sama dan apa yang tidak?

PRAM: Lho nggak tahu saya. Siapa yang bikin? Bukan saya yang membandingkan.

PLAYBOY: Menurut Anda, sama?

PRAM: Soalnya bukan sama. Harto masih hidup, Arok sudah nggak ada [tertawa].

PLAYBOY: Mungkin orang melihat kesamaannya, dalam pengkhianatannya?

PRAM: Soeharto orang yang nggak mau bertanggungjawab terhadap perbuatannya sendiri, sampai sekarang. Perebutan kekuasaan saja.

PLAYBOY: Tidak ingin bertemu Soeharto?

PRAM: Nggak mau saya. Tapi dia pernah kirim surat. Dia bilang, kesalahan itu manusiawi. Tapi kita harus punya keberanian untuk yang benar dan dibenarkan.

PLAYBOY: Bagaimana pandangan Anda terhadap penguasa sekarang?

PRAM: Saya nggak percaya sama yang berkuasa. Nggak tahu besok atau lusa. Saya menulis untuk mengagungkan kemanusiaan, mesti menyingkirkan kekuasaan yang sewenang-wenang.

PLAYBOY: Pada kekuasaan seperti apa Anda akan percaya?

PRAM: Yang benar. Apa yang diinginkan rakyat. Persoalannya, kita ini, sesudah Soekarno, nggak punya pemimpin. Yang ada ngelantur ke mana-mana. Nggak ada pemimpin. Pemimpin, bukan pembesar. Angkatan muda yang begitu banyak berkorban, dari reformasi sampai menggulingkan Soeharto, kok nggak melahirkan pemimpin? Aneh sekali. Begitu banyak korbannya. Selama angkatan muda nggak melahirkan pemimpin, ya begini terus. Saya pernah anjurkan supaya angkatan muda membuat Kongres Nasional Pemuda. Supaya di situ terlihat siapa nanti yang bakal jadi pemimpin.

PLAYBOY: Orde Baru juga membangun gerakan pemuda dengan caranya sendiri. Kalau masih sebagai alat politis juga?

PRAM: Ini dunia. Bukan sorga. Ada yang baik dan yang jelek. Berkembang bersama-sama.

PLAYBOY: Menurut Anda sejarah kepemimpinan kita berhenti sampai Soekarno?

PRAM: Soekarno itu suatu contoh. Dia menguasai persoalan budaya, politik, geografi.

Sekarang ini geografi nggak dapat perhatian apa-apa. Persoalannya, ini tanah air lebih banyak lautnya daripada daratnya. Itu sudah masalah. Dan kekuasaan di laut nggak punya. Kekuasaan di darat terus. Belum pernah ada pernyataan Indonesia itu negara maritim. Belum pernah ada.

PLAYBOY: Soekarno satu-satunya pemimpin ideal di mata Anda. Tapi, karena Hoakiau di Indonesia dia memenjarakan Anda.

PRAM: Oh yang memenjarakan saya itu militer. Bukan Soekarno.

PLAYBOY: Anda masih punya dendam terhadap militer?

PRAM: Saya nggak suka militer Indonesia. Itu grup bersenjata menghadapi rakyat yang nggak bersenjata. Kalau ada perang internasional, lari terbirit-birit. Karena biasanya yang dilawan rakyat tanpa senjata. Tapi saya nggak punya dendam kepada
siapapun. Semua saya anggap tantangan sport. Saya menjawabnya, dengan menulis. Itu yang saya bisa. Dan sekarang sudah diterjemahkan ke dalam 42 bahasa karya-karya saya. Seluruh dunia, kecuali Afrika yang belum pernah diterjemahkan.

PLAYBOY: Mendendam kepada pembakaran dan perampasan karya Anda dulu?

PRAM: Wah, saya nggak bisa memaafkan. Yang dibakar aja delapan. Belum yang hilang di penerbit-penerbit. Nggak tahu kok, sejarah saya sejarah perampasan. Nggak ngerti saya. Ini pendengaran saya juga hilang. Ini kerjaan militer juga, yang bikin
saya setengah tuli. Dihajar pakai popor senapan.

PLAYBOY: Anda sakit hati?

PRAM: Itu semua saya sekali lagi terima sebagai tantangan sport. Rumah dirampas sejak tahun ‘65 sampai sekarang. Nggak ngerti saya, orang kok bisa begitu. Dan perpustakaan yang dikumpulkan puluhan tahun, dibakar begitu saja. Saya nggak ngerti orang bisa begitu. Belum naskah asli delapan yang belum sempurna, dibakar.

Ini nggak bisa saya maafkan.

PLAYBOY: Setelah itu habis, Anda pernah berusaha menuliskannya lagi?

PRAM: Nggak bisa. Mood-nya sudah lain. Nulis lagi nggak bisa. Perpustakaan dibakar. Salahnya apa? Saya mengumpulkan satu demi satu belasan tahun itu, tapi sekarang sudah ada lagi perpustakaan di lantai tiga, kalau mau lihat.

PLAYBOY: Pandangan Anda terhadap anak-anak Soekarno?

PRAM: Nggak ada istimewanya. Tidak seperti bapaknya. Ke sini pun pada nggak.

PLAYBOY: Anda dekat dengan Soekarno?

PRAM: Kadang-kadang ngajak ketemu. Dia juga tidak kenal saya. Pernah nanya, `Mas Pram Islamolog ya?’ [tertawa].

PLAYBOY: Ada anggapan negara ini terlalu besar untuk dipertahankan sebagai negara kesatuan. Menurut Anda?

PRAM: Ini secara geografi, Indonesia itu memang satu. Dulu namanya Nusantara waktu Majapahit. Waktu Singasari, Dipantara. Dipa itu benteng. Benteng antara dua benua. Nusantara, kepulauan antara dua benua.

PLAYBOY: Kalau Indonesia menjadi negara federasi?

PRAM: Itu terserah kehendak publik. Cuma, kalau federal ya aturannya jadi banyak sekali. Setiap daerah punya aturan sendiri

PLAYBOY: Anda juga sering protes soal nama Indonesia.

PRAM: Persoalannya yang menamai [Indonesia] itu Inggris.

PLAYBOY: Harusnya?

PRAM: Nusantara saja cukup. Atau Dipantara.

PLAYBOY: Katanya, Bumi Manusia sudah dibeli right-nya. Konon, Oliver Stone mau mengambil hak untuk filmnya. Kenapa Anda menolak?

PRAM: Cuma US$ 60 ribu [tertawa].

PLAYBOY: Tapi, Anda menjualnya ke seorang pengusaha Indonesia?

PRAM: Itu satu setengah milyar. Dan harus tunai.

PLAYBOY: Jadi persoalannya cuma karena harga.Tapi kan magnitude-nya berbeda kalau Hollywood yang membeli?

PRAM: Terserah pembuatnya saja. Saya nggak mencampuri itu. Haknya pembeli.

PLAYBOY: Selain Bumi Manusia, yang sudah dibeli film right-nya, apalagi?

PRAM: Ini yang sedang dalam pembicaraan itu, Mangir. Tapi saya nggak ingat siapa orangnya. Nama-nama dan angka sulit saya ingat.

PLAYBOY: Punya harapan terhadap film itu kalau jadi nantinya?

PRAM: Terserah. Itu hak pembeli.

PLAYBOY: Kalau karya Anda difilmkan, punya keinginan untuk menontonnya dulu sebelum meninggal?

PRAM: Sulit melihat saya. Nggak tahu ini mata, kok mengganggu saya.

PLAYBOY: Bagaimana Anda melihat kondisi penulis sekarang?

PRAM: Pengalaman hidup lain dari penulis-penulis baru ini. Jadi, rasa-rasanya ya kurang sreg gitu [tertawa].

PLAYBOY: Terakhir Anda baca apa?

PRAM: Wah sudah sulit saya baca. Paling koran dan kliping. Buku ya selintas saja. Matanya sudah sulit untuk melihat. Inilah anehnya jadi tua [tertawa]. Pikun. Kacamata dicari-cari tahunya dipakai.

PLAYBOY: Puisi?

PRAM: Nggak pernah. Satu puisi yang pernah saya baca, karya Chairil. Hidup saya prosais. Walaupun dulu pernah buat dua, tiga puisi. Nggak ada kesan. Kecuali karya Chairil yang “Aku”. Pada waktu itu pendudukan Jepang yang kejam sekali. Dan Chairil menantang kan. `Saya binatang jalang. Dari kumpulannya terbuang.’ Itu kan menolak Jepang. Dia nggak mau jadi budaknya Jepang. Sajak itu membuat ditangkap Polisi Militer Jepang. Tapi dilepas lagi. Luar biasa itu. Menantang
kekuasaan militer Jepang.

PLAYBOY: Ada yang menganggap Chairil tidak bisa menulis, menurut Anda?

PRAM: Dia kan terlampau muda matinya. Saya pernah ketemu sekali saja di atas keretaapi, di Karawang. Dia megangin tangan temannya. `Kau yang bertanggungjawab ya. Kau yang bertanggungjawab ya.’ Mungkin takut dia. Karawang kan pusat Laskar Rakyat.

PLAYBOY: Selain kliping, apa lagi yang biasanya Anda kerjakan di rumah ini?

PRAM: Bakar sampah. Pagi biasanya setengah lima saya bangun. Masih sepi semua dan belum tentu ada kopi. Saya nempel-nempel kliping. Sudah ada delapan meter mungkin kliping. Jadi nanti kalau orang cari apa-apa, klipingnya sudah disusun menurut abjad. Dan saya rasa nggak ada yang bikin kliping. Itu nanti siapa saja boleh kalau mau cari informasi di kliping. Tapi masalahnya geografi saja. Saban hari bertambah.

PLAYBOY: Apa kenikmatan membakar sampah?

PRAM: Ada kenikmatannya, aku bisa bilang: `lihat, aku bisa hancurkan kau!’ [tertawa].

PLAYBOY: Selain kliping dan bakar sampah, apa lagi yang Anda kerjakan?

PRAM: Jalan. Mondar-mandir. Membetulkan cabang-cabang yang nggak perlu, dibabat. Saya senang di sini, nggak terganggu keributan kota. Melihat ke sana lihat rumput, lihat kolam ikan, kolam renang. Nggak ada keinginan apa-apa lagi.

PLAYBOY: Siapa yang mengajak Anda pindah ke sini?

PRAM: Ada orang dekat menawarkan tanah. Saya mau karena jauh dari Jakarta. Nggak kuat saya di Jakarta. Di sini sejuk. Anginnya sehat. Jakarta itu air tanahnya sudah campur tai semua. Itu masalah pokok. Belum macetnya. Belum kejahatannya.
Sepanjang jalan kejahatan melulu.

PLAYBOY: Kenapa tidak kembali ke Blora?

PRAM: Nggak. Kalau pulang ke Blora, ingat kesedihan waktu kecil. Jam setengah lima sudah harus belanja ke pasar. Pulang terus sekolah. Pulang sekolah, cari kayu bakar. Ngurus kambing, ngurus adik-adik. Apalagi waktu orangtua meninggal semua.
Semua jatuh ke tangan saya, sebagai anak pertama. Nyekolahkan, kasih makan.

PLAYBOY: Masih ingat tulisan pertama Anda?

PRAM: Kan sudah dibakari militer. Ada waktu di SD saya nulis naskah. Saya kirim ke penerbit Kediri, Tan Kun Shui. Ditolak [tertawa]. Ceritanya macem-macem. Nggak bisa mengingat lagi. Ya itu pembakaran tahun ‘65. Kehilangan banyak naskah.

PLAYBOY: Tidak pernah mencoba rokok selain Djarum?

PRAM: Nggak. Kebiasaan saja. Ini Djarum asbaknya. Pernah coba rokok putih. Nggak cocok.

PLAYBOY: Sewaktu di Pulau Buru kan tidak selalu bisa beli rokok?

PRAM: Menanam sendiri tembakaunya. Kerasnya persetan. Dan kulitnya, kalau nggak ada kertas, Injil segala dipakai [tertawa].

PLAYBOY: Di Pulau Buru, tahanan hanya boleh membaca buku agama. Bagaimana rasanya membaca buku tentang hal yang tidak Anda percaya?

PRAM: Ya makin tidak percaya [tertawa].

PLAYBOY: Hasil membaca buku tentang Hindu dan Budha melahirkan Arok Dedes. Kenapa tidak ada buku hasil refleksi Anda tentang hubungan Islam dan Kristen?

PRAM: Waktu itu belum jadi persoalan. Belum ada Kristen-Islam.

PLAYBOY: Selama di Pulau Buru, tidak pernah memikirkan kebutuhan biologis?

PRAM: Nggak berbuat apa-apa. Diterima saja semuanya sebagaimana adanya. Semua kan dicurahkan pada tulisan.

PLAYBOY: Apa yang paling tidak bisa Anda lupakan dari Pulau Buru?

PRAM: Banyak. Antaranya saya menemukan mangga di pinggir kali. Lantas, saya kembangbiakkan. Jadi banyak. Nanti kalau ke Buru, ada pohon mangga, ingat saya [tertawa]. Tadinya nggak ada di pedalaman. Saya melihara ayam delapan. Telornya itu untuk beli rokok, beli kertas, beli karbon di pelabuhan. Karena saya kan di pedalaman. Dan saya senang sekali, sekarang Pulau Buru jadi gudang beras Maluku. Pekerjaan kami itu. Jalanan kami bikin sepanjang 175 km. Belum sawahnya. Belum irigasinya. Belum ladangnya. Kalau sore itu udaranya dihiasi pelangi. Kalau hujan, air dengan keras turun ke bawah. Ikan melawan arus air hujan. Tinggal tangkap saja. Berkarungkarung itu [tertawa]

Pramoedya Ananta Toer sangat berminat dalam penulisan sejarah. Dia bisa melakukannya lewat non fiksi dan fiksi. Lewat novel dia melukiskan sejarah agar tidak membosankan. Hidup Pram adalah sejarah itu sendiri. Sejarah tentang kekuasaan yang sewenang-wenang dan menindas. Sejarah tentang manusia yang menolak belenggu sejarah dengan kuasa alam nalarnya, yakni lewat jalan menulis.


dari Pram untuk bangsa Indonesia

Label:

 

DON DANANG EGO BLOG©All Rights Reserved