Jam 11 siang tepat saya berangkat dari rumah. Sabtu (31/5) tak seperti biasanya. Matahari saat itu tak bersinar beringas seperti hari sebelumnya. Rasanya lebih hangat (ada yang kencing sembarangan kayaknya). Sang mentari rupanya mulai jinak dan memberikan sinarnya pada bumi dengan intensitas sedikit rendah. Tetap saja, membuat badan saya bermandikan peluh juga. SIAL!
Walau matahari bersinar terik saya tetap datang ke Gramedia Depok. Pasalnya saya sudah janji dengan
fans blogger lain untuk mengikuti
Talkshow Raditya Dika di sana. Ya, kami berencana kopi darat untuk kali pertama di Depok.
Eniwei, biarkanlah matahari menggosongkon kulit saya. Kulit menghitam itu bakal membuat saya terlihat lebih laki-laki dan tidak manja. Tentunya terlihat sederhana juga. Toh sampai di rumah nanti saya bakal luluran. Tidak perlu takut kepanasan. He he he. Tidak!! Kalimat yang terakhir ini saya bohong. Saya tidak pernah luluran.
Cuma mandi kembang 7 rupa.Ah banyak basa
-basi Don!!!
Talkshow Raditya Dika di Gramed Depok molor satu jam. Sebenarnya saya sudah wanti-wanti ke blogger lain saat
conference di
Yahoo Messenger hari sebelumnya. Mulai
talkshow-nya itu jam 2. Tapi ada daya, mereka tidak percaya pada saya. Mereka lebih percaya Tuhan (yaiyalah). Tetap saja ngotot datang jam 1. Hasilnya: kami teripu. Saya tertipu dan orang tua saya tertipu juga (lho?). Habisnya di blog Radit ada dualisme informasi. Tapi tak apa lah. Demi Radit dan tertawa lepas saya rela tertipu.
Di Depok saya bertemu
Benazio,
Ridu,
Aris dan
Tyo Gaptek. Saya dan Tyo tak kaget dengan tampang masing-masing. Karena kami ini teman satu kampus. Rupanya seru sekali kopi darat itu. Bertemu dengan orang-orang baru dan nuansa baru. Tak disangka tak diduga.
“Ini yang namanya Don Danang? Koq beda sih? Foto lu jauh di blog,” begitulah kalimat yang saya tangkap dari Bena waktu pertama kali berjumpa. Rupanya dia
shock melihat saya. He he he.
Raditya Dika muncul jam 2 tepat. Semua penggemarnya sudah menunggu dengan manis sejak satu jam yang lalu. Rupanya mereka juga tertipu. Diterawang satu kedipan mata, yang datang itu kebanyakan ABG
(Angkatan Babe Gue). Kalau bisa di rata-rata sih, mereka itu pelajar SMP, SMA, atau mahasiswa semester awal. Ada juga sih anak SD yang datang ditemani orang tuanya. Kalau saya? Ah saya baru 17 tahun.
“Kamu kelas berapa de?" tanya Radit pada salah seorang anak di depannya.
“Kelas 4,” kata anak itu.
“Kelas 4? Ya Ampun. Ibu tolong ini selamatkan anaknya,” seru Radit.
Dan penonton pun terwawa. Ha ha ha.
Memang Raditya Dika itu rajanya konyol. Apapun lawakkan yang keluar dari mulutnya penonton pasti tertawa. Muka ditekuk-tekuk, teriak-teriak dengan nada anak kecil, sampe kayang di atas meja semuanya menghibur. “Liat-liat gila tuh Si Radit,” kata seorang wanita yang nonton di sebelah saya.
“Ya oloh apa yang gue lakukan pada negara ini.”
Itulah kata yang dilontarkan Raditya Dika saat melihat penontonnya kebanyakan adalah remaja-remaja tak berdosa. Dia sukses menebar racun pikiran. Ha ha ha.

Radit pas
talkshow.
*Photo
taken by
RiduSelesai menyaksikan Si Kambing beraksi kami meninggalkan Gramedia Depok. Selanjutnya berlayar menuju ke tempat yang bernama Margo City. Margo City berada tepat di sebelah Gramedia. Kira-kira hanya berselang 50 meter. Oia sebelumnya kami bertemu
Diana Bociel dan adiknya
Gita. Kok Diana lebih kecil dari yang saya kira yah? Sedang adiknya terlihat lebih tinggi. Dunia yang aneh.
Jujur, ini kali pertama saya ke Margo City. Mau bilang ndeso silakan. Saya terima saja.
Wong saya ini bukan asli Depok kok.
Melintasi di Margo City tak ada yang spesial buat saya. Semuanya terlihat biasa. Mungkin karena ada tempat lain yang lebih wah dari Margo City. Masuk dan belok kiri dari pintu utama, saya melihat desain mirip Cilandak Town Square. Di kiri kanan dipenuhi tempat makan. Saya merasa Déjà vu.
Entah kenapa dari sekian banyak tempat makan di Margo City, kami malah memilih berkumpul di
Food Court. Tepatnya ada di lantai 2. Mungkin harga makanannya lebih terjangkau atau ada alasan lain yang membawa kami ke sana, saya tidak tahu. Makan nggak makan yang penting blogger kumpul, itulah moto hidup kami.
Saya pikir “lapangan makan” di Margo City itu sama seperti Pondok Indah Mall atau Senayan City. Ternyata beda. Jajaran makanan yang kami lihat di sana tak ada yang dikenal. Lantaran malas cari tempat lain kami terpaksa bercengkrama di situ.
Daripada diusir sama yang punya karena tak memesan apa-apa lebih baik beli minum. Pilihan yang bijak daripada diusir pelayan bukan?. Ada yang memesan
d' crepes (Maap kalo salah tulis) untuk sekedar menganjal perut. Ada juga yang makan berat karena sudah kelaparan lantaran belum makan dari pagi (kasihansekali). Saya sendiri pesan
lemon tea biar segar.
Berbincang-bincang saja membuat kami lelah. Lebih baik buat terobosan. Foto-foto jadi kegiatan lain yang mengasikkan.
Sebenarnya saya tahu para blogger itu rajanya narsis. Entah kenapa mereka tak mengeluarkan semua jurus narsisnya. Malu-malu kucing kalau kata banci. He he he.

Bergaya biasa. Padahal mau bergaya narsis.

Surat perjanjian alias absen. Ada sponsornya nih.
*Photo
taken by
RiduJam sudah menunjukkan pukul 18.oo. Kami sudah terlalu lama kopi darat. Saatnya pamit dan melanjutkan pertualangan di malam minggu itu.
Kalau saya harus menghadiri
birthday party seorang sahabat. Tapi sebelumnya saya harus berkumpul dan main futsal terlebih dahulu di tempat biasa.
Sesampainya di tempat domisili yakni Bogor, bergegas saya langsung ke tempat futsal langgannan. Saya sudah terlambat sekali dan tahu bakal tidak dimainkan. Dan pertandingan tinggal menyisakan 10 menit lagi.
Yes... tidak main.
"Asik tak bayar lapangan. Bisa buat makan nih. He he he." pikir saya.
Untung tak bisa diraih malang ada di Jawa Timur. Ternyata masih di suruh main juga. APES!!
“Nang nggak ada kiper nih. Main sini,” teriak si Begenk temen saya.
“Iya juragan,” kata saya. He he he.
Saya memang selalu jadi kiper kalau main futsal. Teman-teman tak mempercayakan saya jadi penyerang. Bukan karena tidak jago atau tidak bisa mengecoh lawan, tapi saya ini terlalu hebat di bawah mistar. Inilah gaya saya main futsal:
Monyet jaga gawang
Setelah puas main futsal dengan bergaya monyet, lalu saya berfoto dengan sohib yang ulang tahun. Selamat ultah bro Adri.
Don Danang (kiri): Habis operasi kutil.
*****
HA HA HA ini postingan pertama gue yang bergaya
feature. Terlalu kaku yah pake saya? Sebenernya sih bisa lebih panjang dari ini. Ntar malah teman-teman males baca kalo panjang.
Yang penting ada fotonya. Hueheheheh.
C Yaaaa
Label: kopi darat